PERPISAHAN-PERPISAHAN KECIL
Untukmu kekasihku di kamar perjuangan, sabarlah dan tetaplah berzikir kepada Allah SWT., sembari menanti kepulanganku membawa berkeranjang-keranjang rindu untuk kita rangkai menjadi dinding-dinding cinta ideologis di istana kita.
Ketahuilah, ini baru awal dari perpisahan-perpisahan kecil yang mungkin saja akan sering terjadi suatu hari nanti, ketika perpisahan ideologis telah memanggil. Maka belajarlah terbiasa sejak dini.
Perihal mendaki gunung dari pos ke pos lainnya, sebelum mencapai puncak, kadangkala rasa lelah dan kucuran peluh kompak menggoda hati dan pikiran agar berhenti dan menyerah saja. Dalam diam, entah suara dari mana datangnya. "Ini tanjakan sejuta penyesalan, maka menyerah sajalah."
Tetapi, aku dan para pendaki konvensional lainnya pastilah akan menguatkan hati dan pikirannya lalu memaksa kaki agar tetap melangkah hingga ke puncak. Begitu tiba, barulah semua lelah dan peluh itu terbayar lunas, tuntas tiada sisa.
Kekasihku, setidaknya kamu dan aku bisa belajar dari realitas perasaan para pendaki gunung. Meski letih dan peluh memaksa agar langkah dihentikan saja, namun mereka tetap kuat karena ada cita-cita yang ingin dicapai meski dengan syarat haruslah melewati aral rintangan yang ada.
Pesan yang ingin kusampaikan adalah, baik dirimu atau aku dan seluruh para pengemban ideologi yang ada bahwa, untuk menegakkan ideologi Islam itu tidaklah mudah, ada banyak cobaan yang mendesak di sana, ada banyak rintangan yang menyakitkan di sana.
Tapi percayalah, ketika kita siap melewati rasa sakit itu atas dasar Aqidah Islam, dan yakin ada kenikmatan tak terukur setelahnya yang Allah telah siapkan, bahwa Islam akan kembali memimpin dunia dengan Khilafah yang agung, kemudian saudara-saudara kita yang selama ini masih dicengkram, tercabik-cabik oleh kuku-kuku najis para penjajah akan kembali merdeka, kemudian meratalah kebahagiaan bagi yang Allah kehendaki. Kalau sudah begitu gerak pikir kita, maka cobaan dalam perjuangan ini sungguh tak akan begitu menyakitkan kita.
Ingatlah, bahwa suatu saat nanti, ketika Allah sudah berkehendak, mengembalikan apa yang seharusnya kembali dan diterapkan, maka engkau akan melihat, bagaimana para tikus-tikus sekularisme, boneka-boneka asing, jongos serta seluruh pemujanya akan berurai air mata penyesalan yang sungguh tiada guna lagi. Mereka akan menyesal telah berbuat zalim kepada rakyat, mencabut subsidi dan memalaki rakyatnya atas nama pajak yang biadab, lalu mencampakkan hukum-hukum Allah demi hukum sampah demokrasi yang seharusnya sejak lama kita kubur.
Olehnya itu, ajaklah para perempuan-perempuan di sekitarmu untuk ikut serta dalam rel dakwah yang panjang ini. Tak menjadi manja meski kapitalisme sudah teramat melenakan, tak menjadi goblok meski liberalisme sudah mengangkangi peta pikir manusia saat ini, lalu tetap tegas dan tegar di jalan dakwah yang penuh dengan caci maki dari penyembah-penyembah rezim yang sebenarnya mereka menyembah boneka asing-aseng yang telah sinting akibat libido politik kekuasaannya yang fana.
_Djisuk
14 September 2019
Puncak Rante Mario Gunung Latimojong.




0 komentar