Hijrah di Jalan Anarki
Hijrah di Jalan Anarki.
Berkeluklah dalam nadamu sendiri. Sebagaimana irama yang punya banyak warna, tapi setiap orang memilih satu warna berdasarkan prinsip hidupnya.
Sebagaimana El, tokoh dalam buku #pejalananarki karya @jazuliimam_ yang punya karakter mahal. Itu terejawantahkan ketika, Sekar--tokoh dalam buku yang sama--hendak mengajak El untuk bicara. Namun, El, justru meminta kepada Sekar untuk membaca dulu buku yang bersinggungan dengan makna bijaksana. Itulah bukti kemahalan sosok, El.
Sebagaimana warna nada berdasarkan prinsip yang saya narasikan di atas. Pun sebagaimana El, yang memilih hijrah dari minuman anggur (dibaca: khamar) menuju proses ta'arufnya dengan kopi arabika di Ijen.
Ketika, El sudah bersahabat dengan kopi hitam tanpa gula, akhirnya ia merasa bahwa candu yang disuguhkan kopi setiap sesapannya justru berkali-kali lipat ketimbang apa yang diberikan oleh alkohol.
El, meninggalkan alkohol karena harga anggur di tahun 2008 itu melonjak naik. Padahal harga awalnya hanya 7000, kemudian naik 11000, 13000, 19000 hingga akhirnya dyarrr naik ke 38000 (dyarrr: cara nulis Jazuli Imam dalam bukunya).
Setelah El mendapatkan candu dari kopi hitam yang stroomnya lumayan kuat sebagaimana kuatnya stroom suguhan di kedai @kopiteori yang sedang dinikmati oleh penulis @djisuk53 sekarang di Kota Daeng.
Melonjaknya harga khamar yang tak terkira dan membuat puyeng kepala El, pun merupakan sebuah anugerah untuknya dan menganggap bahwa ini salah satu bukti sayangnya Tuhan kepada dirinya. Sebab dari sinilah El, akhirnya hijrah dari alkohol ke kopi hitam yang dinikmati tanpa perlu pemanis yang palsu.
Sebagaimana El yang menyaksikan penindasan di mana-mana karena ketidakadilan sistem. Sebab itulah penulis narasi ini pun mengajak untuk menolak percaya terhadap sistem rusak yang mengangkangi negeri ini. Sebab Demokrasi Kapitalisme akhirnya El menderita di jalan perjuangan. Karena Demokrasi Kapitalismelah sehingga El berdiri melawan bersama Sekar yang akhirnya berakhir dengan sangat manis. Mereka kemudian pergi menghadap Tuhan dalam keadaan sepasang yang melawan.
Dan... Nyawa mereka pergi bersama peluru pelat merah biadab yang melesat.
***
***
Dari sinilah kita perlu belajar. Bahwa Kapitalisme sungguh meresahkan dan terang-terangan memutus nadi kemerdekaan kita. Lihatlah apa yang dilakukan Presiden saat ini. Ia baru saja meneken Perpres nomor 32 tahun 2020. Di mana peraturan ini adalah kunci dari terbukanya gerbang penguasaan aset negara secara menggila.
Badan usaha perseroan terbatas termasuk perusahaan asing boleh mengangkangi aset BUMN lewat Perpres ini. Sungguh. Omnibus Law menyoal Cipta Lapangan Kerja (CILAKA) yang diduga akan sarat penindasan sistemik terhadap pekerja saja belum usai, lalu kini muncul lagi kekacauan baru yang dihadiahkan oleh tubuh presiden kepada rakyat.
Hadirnya Perpres ini, adalah bunga-bunga dari mimpi siang bolong penguasa. Alih-alih menambah kas yang selama ini terus-terusan defisit berharap untung (surplus) justru kelak akan berakhir tragis dan buntung.
Berbicara tentang modal keluar dalam kandang kapitalisme, adalah pembicaraan para bandit di balik layar yang sedang berbisik-bisik meninjau keping-keping aset negara yang segera jadi miliknya.
Alih-alih perusahaan asing membantu modal negara, justru akan menjelma bagai rayap memakan tubuh batang pohon dari dalam.
Meski tubuh pertiwi tetap indah dari luar, jika sarinya sedang dihisap oleh berahi korporasi, maka tunggulah beberapa waktu. Kantung mata akan mengendor. Pipi dan tubuh moleknya akan menyusut kemudian anak bangsa akan jijik melihatnya. Sebab, rayap-rayap korporasi telah menghancurkannya dari dalam oleh sebab ulat-ulat yang mengaku anak kandung yang saleh, justru sungguh tak lebih dari sekadar parasit durhaka yang mematikan.
Selamat menonton drama di negeri dongeng ini. Untuk Sepasang Yang Melawan. Sebentar lagi generasi muda yang melawan akan tiba meski mereka tetap saja telat dan bumi pertiwi telah kering kerontang kehabisan serat karena dilahap oleh rayap-rayap kapitalisme.
Negeri tercinta akan tinggal kenangan. Setelah rayap-rayap itu terbang menyisakan wajah baru yakni, negara korporasi yang biadab (dibaca: diktator).
***
_Djisuk.




6 komentar
Keren kak ��
BalasHapus👍👍👍
BalasHapusSilakan dishare bila tulisan ini dianggap bermanfaat 😊
BalasHapusSemoga Allah segera meruntuhkan kebiadaban itu
BalasHapusAamiin.
HapusSemoga para generasi bisa melawan para biadab itu
BalasHapus