Paradoks Interpretasi Terhadap Labeling Lama dan Baru

Djisuk


Para pembaca yang budiman. In Syaa Allah., pada Ahad, 23 Februari 2020, Pecandu Aksara akan kembali mengadakan Workshop Literasi di kota Makassar yang bertempat di Pisang Goreng Nugget (PGN) Pettarani.

Pada workshop kali ini. Alhamdulillah saya mendapat undangan dari Pecandu Aksara untuk mengisi acara tersebut yakni bagaimana 'Cara Menulis Resensi Buku'.

Meski kegiatan ini terkesan klasik dan terus berulang menghiasi pojok-pojok ruang dan waktu yang terus bergerak ini. Namun demikian, saya tetap menganggap bahwa segala sesuatu yang pernah terjadi dan diulang pada waktu yang lain, maka sesuatu itu akan menjadi hal baru bagi orang-orang yang belum pernah berkenalan dengan sesuatu itu di waktu lampau.

Termasuk dalam dunia kepenulisan. Meski sudah banyak yang expert di bidang ini, akan tetapi, saya yakin setiap waktu pastilah banyak orang yang ingin menemui hal-hal baru menurutnya walau seperti yang saya katakan tadi, bagi orang yang sudah jago di bidang tersebut akan beranggapan bahwa ini biasa-biasa saja.

Tapi bagi orang yang baru menjumpai dunia tulis-menulis atau yang dikenal dengan istilah newbie (pemula), akan berkomentar bahwa ini pengalaman baru dan boleh jadi sungguh mengesankan. Setidaknya ada rasa bangga dalam dirinya sendiri yang tidak bisa dipahami oleh orang lain. Sebab, ini tentang rasa.

Maka, pesan yang ingin saya sampaikan adalah, tidak ada yang benar-benar tua dalam artian lain, bukan umurnya. Begitu pun sebaliknya. Tidak ada yang benar-benar baru, karena semua yang terjadi di alam semesta ini merupakan proses implementasi dari karya-karya sebelumnya di tempat lain dan lain waktu.

Setidaknya itu sudah pernah tercipta di realitas internal meski belum pernah tercipta di realitas eksternal.

Kadangkala seseorang menganggap sesuatu yang baru ditemuinya merupakan benda atau kondisi yang sangat eksklusif dan benar-benar spesial. Sementara menurut orang lain, apa yang dianggapnya baru oleh orang selain dirinya, justru menjadi sesuatu yang sudah lama menurut dirinya sendiri.

Maka, tidak ada yang benar-benar baru dan lama. Sebab di alam semesta ini, ada begitu banyak hal yang tetap susah ditebak. Maka sungguh benar kata pepatah. "Alam terkembang menjadi guru yang paling bijaksana..."--kalau tidak salah, penggalan kalimat ini saya dapat di buku Anak Rantau karya A. Fuadi salah seorang jurnalis dan penulis novel yang tergolong produktif di tanah air ini.

Dan pepatah lama ini juga saya persembahkan kembali meski saya tak tahu ini milik siapa. Tapi semoga Allah Yang Maha Esa memberi amal jariah padanya. "Setiap orang punya waktu, dan setiap waktu pasti punya orang." (Anonim).

Akhirnya, saya ingin menyampaikan. Jangan lupa datang di workshop yang diagendakan oleh Pecandu Aksara pada Ahad, 23 Februari 2020 di PGN Pettarani Kota Makassar.

"Kalau kalian bukan anak raja dan bukan anak ulama yang besar, maka menulislah." (Imam Al-Ghazali).

Mari membaca dan menulis demi perbaikan peradaban.
***
Note :
Pembaca yang tercinta. Silakan dibaca juga tulisan-tulisan saya yang lain di blog ini. gratis ji.

You Might Also Like

0 komentar