Opini-Prosa
Celakalah Orang-Orang Yang Menjauhi Aktivitas Politik
Oleh : Djisuk
Sampai saat ini, Hizbut Tahrir terus-menerus melantangkan dan meneguhkan prinsipnya yang bersandar pada metode dakwah Rasulullah Muhammad saw., di mana obrolan politik dan ekonomi merupakan sebuah keharusan, sebab segala sesuatu dalam negeri saat ini di manapun berada, kebijakan dari sistem politik dan ekonomi yang dianut oleh sebuah negara akan berdampak pada semua lapisan masyarakat dan juga semua siklus perekonomian di wilayah tersebut.
Oleh karenanya, Al-Allamah Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani seorang ulama besar dan terkemuka di masanya, seorang pemikir (mufakkirun) yang pernah menjadi guru besar di Al-Azar Mesir, menegaskan dalam bukunya yang berjudul Mafahim Hizbut Tahrir terkait pentingnya mengemban Islam dengan berjuang secara politik demi menyelesaikan masalah kita bersama.
"Mengemban dakwah Islam dan berjuang secara politik di tengah-tengah masyarakat, mengharuskan sebuah hizb (partai) menentukan wilayah gerakannya. Hizbut Tahrir menganggap bahwa masyarakat di seluruh dunia Islam adalah masyarakat yang satu. Karena masalah yang dihadapinya oleh mereka adalah sama, yaitu bagaimana kembalinya Islam di tengah-tengah umat." (Mafahim Hizbut Tahrir : 121).
Dari sinilah, kita semestinya mencontoh, bagaimana keuletan para pejuang yang ada di barisan mereka yang sangat getol mendakwahkan Islam dengan mengedepankan politik Islamnya. Lalu membongkar upaya makar busuk yang terus-menerus mengangkangi negeri-negeri kaum muslimin yang bermain di balik layar.
Terlebih lagi, umat Islam ini merupakan komunitas yang satu, sebagaimana Rasulullah telah menegaskan bahwa setiap kaum mu'min itu bersaudara dengan mu'min yang lainnya. Maka sudah seyogianya kita merajut kembali tali ukhuwah ini lalu berjuang demi kebangkitan Islam dan kemulian kaum muslimin seluruh dunia.
Pentingkah Islam Politik?
Mengapa gerakan Islam Politik itu menjadi penting, sebab seluruh tata kelola yang ada di negeri ini, kebijakan publik bahkan sampai pada kebijakan kamar tidur dan menggauli kekasih sendiri pun semua bisa diatur oleh kebijakan politik yang hanya dibicarakan dan dipalukan oleh segelintir orang yang berkuasa sementara, hasil dari apa yang mereka palukan belumlah tentu baik untuk kita semua.
Lihatlah ketika dahulu, asing tak boleh masuk dan mengobrak-abrik tatanan alam kita, akhirnya mereka berselingkuh dengan makhluk sebangsa kita lalu dijadikannya boneka-boneka pemuas nafsu serakah dunianya dengan dibuatkannya regulasi untuk melancarkan seluruh misi para penjajah gaya baru. Diketuklah palu sidang lalu terbitlah UU haram yang melegalkan kapitalis asing dan aseng bermain-main di negeri ini. Seperti contohnya UU MIGAS, UU Penanaman Modal Asing, UU Anti Terorisme, dan masih banyak lagi UU Haram lainnya yang merugikan Indonesia beserta rakyatnya.
Dalam buku yang sama, Syaikh Taqiyuddin juga menyampaikan bawah kondisi saat ini merupakan suatu kondisi politik yang paling buruk oleh sebab, kita nampak seperti merdeka namun tetap berada dalam keterjajahan yang lebih parah lagi dari penjajahan sebelumnya.
"Masyarakat di negeri-negeri Islam sekarang berada pada keadaan politik yang paling buruk, karena pada hakikatnya masih dikuasai dan dijajah oleh negara-negara Barat, walaupun pemerintahannya tampak seakan-akan berdiri sendiri. Mereka tunduk di bawah qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir) demokrasi kapitalis, dengan ketundukan yang membabi buta." (Mafahim Hizbut Tahrir : 122).
Olehnya itu tak benar bila sampai di era abad-21 ini, di mana fase keempat yang dikabarkan oleh Rasulullah Muhammad saw., sudah hampir usai yakni fase kediktatoran (mulkan jabriyan), dan para aktivis Islam hari ini masih ada yang menentang dakwah Islam Politik dengan alasan, itu bukan bagian dari ajaran Islam serta alasan-alasan aneh lainnya yang tak memiliki sumber yang qath'i (jelas).
Lihatlah dahulu ketika banyak seruan-seruan untuk mendakwahkan Islam hanya pada urusan ibadah individu saja tanpa perlu mempermasalahkan tindak tanduk penguasa yang diduga cenderung zalim kepada rakyatnya. Lalu katanya sepanjang kita tidak dihalangi dalam peribadatan seperti salat dan puasa serta ibadah individu lainnya, maka tak boleh kita menentang penguasa.
Nah, bagaimana kalau kita korelasikan dengan fakta sekarang yang sudah mulai muncul riak-riakan aneh yang memojokkan ibadah individu. Lihatlah ketika ibadah salat subuh berjamaah di masjid kini dicurigai sebagai gerakan radikalisme yang akan mengancam keutuhan NKRI? Padahal sebelum-sebelumnya salat tak pernah dipermasalahkan.
Tengoklah aktivitas suami isteri dalam kamar yang awalnya baik-baik saja, namun kini terusik oleh usulan dangkal dari sebuah corak pikir yang rusak. Bahkan seorang suami dapat dijerat oleh dugaan kasus pemerkosaan apabila istrinya dipaksa memenuhi kebutuhan batinnya. Dan usulan ini terduga kuat didukung oleh pemerintah.
Dan semua carut marut ini terjadi seiring berjalannya roda kepemimpinan yang bertumpuh pada sistem demokrasi kapitalisme yang miskin kejujuran dan keadilan yang merata. Beginilah wajah negara kita yang kian dilanda kekacauan tak berkesudahan.
Melihat kasus yang sudah-sudah ini, bukan tidak mungkin jika esok lusa, puasa, mengaji, memanjangkan janggut, bercelana cingkrang, masjid akan menjadi sasaran tembak bagi kroco-kroco neo imperialisme serta penguasa zalim yang kemudian ujung dari semua ini adalah, menghilangkan Islam dari kehidupan kita.
Ini bukan sesuatu yang mustahil akan terjadi. Sebab dulu, sistem negara Islam beserta negara yang kuat ini juga pernah ada, namun kini semuanya hanya tinggal kenangan pilu terhinakan, oleh sebab kaki tangan penjajah yang menggunting dalam lipatan istana negara.
Sampai di sini, bisakah kita memahami apa maksud dari kampanye mereka yang melarang kita mencampuradukkan politik dengan agama? Bisakah kita meluruskan sedikit saja pikiran kita agar dapat memahami apa misi yang mereka emban untuk mencapai visi ideologi gerakan mereka? Bisakah kita meluruskan cara pandang akidah yang ada dalam dada kita saat ini setelah nampak semua kerusakan di hadapan umat, lalu mulai bersuara dengan nada lantang, "Islam adalah jalan hidup kami, kami hidup demi Islam dan mati pun demi Islam!!!
Harus pula kita sadari, meski mereka terus menggunakan atribut Islam namun kepemimpinan berpikir (kiyada fikriyah) mereka sangat bertolak belakang dengan Islam, maka kita harus melawan kiyadah fikriyahnya dan jangan berdiam diri melihat covernya saja yang seolah alim ulama padahal ia makhluk liberal boneka asing neo imperialisme.
Memang secara peribadahan mereka sama dengan Islam pada umumnya, namun corak pikirnya tidaklah beda dengan misionaris yang dalam hatinya sangat menggunung rasa bencinya terhadap Islam. Itulah sebab mengapa Rasulullah dulu, pernah mengingatkan umatnya, bahwa di akhir zaman akan muncul ulama Suu' yakni ulama yang penampilannya sama dengan ulama warashatul anbiya (pewaris nabi), namun ulama Suu' itu sangat jahat bahkan aku (kata Nabi) lebih khawatir akan kedatangannya daripada datangnya Dajjal.
Sekadar mengingatkan kembali bahwa, celakalah orang-orang yang menjauhi aktivitas politik, sebab dari politiklah mereka diatur kehidupannya, sedangkan mereka bermasabodoh terhadapnya.
Jadi, seluruh pejuang yang masih tersisa di permukaan medan peperangan ideologi saat ini, tetaplah tancapkan dalam-dalam tiang pertahananmu, rapatkan gigi gerahammu, abaikan semua cibiran-cibiran murahan dari mereka yang menolak perubahan karena kebodohannya, sebab sejatinya mereka yang menolak perubahan padahal telah nyata kerusakan sistem yang melahirkan penderitaan umat saat ini dan masih bangga tertawa haha hihi di sana sini.
Yakinlah, akan tiba waktunya mereka akan kehilangan tawa lebaynya dan berganti dengan deru tangis akibat penyesalan yang teramat mendalam.
Seperti janji Rasulullah, Islam akan kembali memimpin dunia, dan ini bukanlah janji palsu sebab datang dari yang maha Agung Allah swt., dan bukan dari penyebar hoax seperti rezim zalim yang paling dicintai oleh kafir pembenci Islam.
Allahu 'a'lam.
13 Juli 2019.




4 komentar
Keren...!!! 👍
BalasHapus😎
HapusMantaaappp kak
BalasHapusTq de'.
Hapus