Rumah Jahit Akhwat dan 22 Mei, Akankah Khilafah Selanjutnya?
Suasana Rumah Jahit Akhwat. Saat Ramadhan, Alhamdulillah orang-orang berbondong-bondong hadir ke toko-toko khimar dan jilbab lalu malamnya kemasjid untuk taraweh. Meski ia sunah namun sangat digemari bahkan tak lengkap ramadhan tanpa taraweh. Namun di samping itu, tak banyak yang mau tahu kalau ramadhan atau bahkan tanpa ramadhan, lalu perempuan tanpa hijab syar'i itu tetaplah sangat kurang dan tergolong sebagai wanita-wanita pembangkang atas syariat Allah.
Lalu bagaimana dengan 22 Mei yang baru saja lewat dengan penuh emosi dan darah yang berpadupadan menjadi satu teriakan melawan kedzaliman penguasa yang berbalas dengan pukulan pentungan dan letupan mesiu yang menembus dada dan tenggorokan yang melesat jauh membawa nyawa massa aksi.
Setelah semua ini, tidak kah kita akan sadar betapa rusaknya kondisi negeri kaum muslimin saat ini? Lalu korelasi antara mayoritas, ketakwaan dan pesan Gatot Nurmantyo bahwa "satu-satunya benteng terakhir negeri ini adalah kekuatan umat Islam!". Lalu dilanjutkan oleh aktivis HTI, bahwa solusi tuntas untuk semua ini adalah diterapkannya KHILAFAH.
Selanjutnya, apakah ramadhan hanya akan sebatas seremonial belaka dan akan berlalu tanpa memupuk rasa keimanan dan perjuangan melawan kezaliman dan meneriakkan secara lantang "Hukum Allah paling baik dan wajib diterapkan, lalu sebarkanlah Islam dengan dakwah dan Jihad di bawah naungan Khilafah Rasyidah." Allahu Akbar.
_Djisuk




0 komentar