Matinya Idealisme Kampus
Sebuah Prosa Yang Belum Tuntas
Sekarang ini makin terasa, kalau kampus tak lagi berani mendidik generasi dewasa yang cemerlang dan memerdekakan pemikiran. Itu semua karena berada di bawah bayang-bayang rezim kacung yang menjual idealisme bangsanya sendiri.
Lihatlah ketika pembubaran diskusi terjadi di mana-mana. Ketika kegiatan diskusi mahasiswa di Kampus UHO Kendari dibubarkan paksa, lihatlah ketika diskusi mahasiswa di kampus Unhas Makassar dibubarkan pula dengan paksa. Awalnya sempat terlintas di benak kami sebuah pertanyaan yang absudr, "apa sebenarnya isi dari kepala mereka?" Apakah generasi bangsa kita bisa cerdas dalam bernalar dan menanggapi berbagai isu dengan tepat apabila terus menerus digonggongi oleh piaraan adikuasa di tanah pertiwi ini?
Pertanyaan selanjutnya muncul lagi. "Haruskah Sang Rezim memperlihatkan ketololannya di hadapan rakyat yang dipimpinnya, sedang ia sendiri mengerti kalau kuota bacaannya hanya sebatas komik bocah Sinchan yang bisa membuat ruang nalarnya jadi sempit dan mengakibatkan dirinya tak doyan mengonsumsi buku-buku pemikiran termasuk politik, sementara rakyatnya sangat rakus melahap seluruh buku-buku pemikiran yang dapat mengangkat taraf berpikirnya dan jauh dari hanya sekadar bermain cebong-cebongan?" Tak usah dijawab, karena topeng dewamu sudah tanggal dan menampakkan wajah garongmu yang asli.
Tidak cukup sampai di situ, ketika diskusi mahasiswa dibawa keluar dan ditempatkan di luar kampus dan berada di tempat umum yang siapa saja boleh menggunakannya, ternyata gonggonganmu masih tetap saja mengusik kekhusyukan Kami dan piaraanmu menggigit kami sampai kami harus membubarkan diri dengan paksa yang disertai dengan kutukan murahan dari kalanganmu yang tak mengerti arti dari perjuangan melawan penjajah. Malah kau hanya sibuk bersolek dan menggoda para penjajah masuk ke tanah ini dan merobek-robek rahim ibu pertiwi. Kau memang bajingan Jaenuddin.
Ketika kami mencoba lagi untuk mempergelarkan diskusi panel di dalam kampus, lagi-lagi pihak elit kampus tak punya kekuatan apa-apa katanya, "kami tak bisa melawan kuasa pemerintah, dan kami tidak bisa memberi kalian izin untuk menggunakan gedung kampus ini untuk berdiskusi."
Benar sekali kata-kata yang sedang beredar, "jikalau orang bodoh sudah berkuasa maka, orang cerdas sekalipun tak bisa berbuat apa-apa." Bajingan memang.
Yang paling mengherankan, bahkan kampus swasta sekalipun tak bisa berkutik di hadapan penguasa songong yang defisit nalar itu, padahal mereka bisa saja melawan, tapi sayang, mereka tak punya nyali bahkan seujung kuku pun tidak dari nyali anak-anak Palestina dan Suriah yang teguh melawan penjajah di negerinya meski hanya dengan batu sebesar genggamannya melawan peluru tank.
Kaum intelektual di indonesia sudah mati di kandang pesolek dan pembuat makar. Tak ada kata kemerdekaan, sebab semua itu hanya bualan semata. Tak ada lagi kemenangan Reformasi, sebab semua sudah diluluh lantakkan oleh rezim zalim pemuja kafir penjajah.
Dan kami sudah teramat muak, dan kami hanya menunggu lonceng kematianmu digaduhkan di seantero negeri ini.
***
#matinyaidealismekampus



0 komentar