Puisi
Penari Hipokrit
Saat gemulai lekuk tubuh politik menggeser kejernihan pandangan, mengalihkan perhatian antara titik perlawanan dan persetubuhan kepentingan.
Di mana diplomat terkuat adalah pemilik modal. Yang benar bisa menjadi salah, sementara yang salah bisa berubah menjadi sebuah kebenaran tanpa bantahan yang berarti.
Ya, itulah politik hipokrit. Jika anda pandai menari di panggung politik sesuai teks arahan, maka anda akan selamat dan jadilah boneka kesayangan tuan.
Tapi, jika anda membuat manuver sekecil apapun saat menari di atas panggung kepentingan atau menari di jalan raya dengan megafon, terlebih jika itu dapat membongkar kebusukan tubuh politiknya yang selalu berlenggak lenggok gemulai bak ular betina mencari mangsa.
Atau kau jelaskan bagaimana ia menggoyang kepala dengan iringan instrumen perjuangan, seolah mereka benar-benar berjuang untuk kepentingan universal. Sayangnya, para penonton lupa satu hal, bahwa di atas kepalanya, ada dua tanduk yang siap merobek segala kain kecemasan berbentuk protes. Dan akhirnya, para pendamba keadilan, akan meringkuk busuk di balik jeruji besi oleh telunjuk boneka penari kekuasaan hipokrit.
Atau, meregang nyawa dengan alat bukti yang sungguh menggelikan. Karena mereka, yang tidak ada, bisa diada-adakan.
Selamat Hari Tari Sedunia. Menarilah, dengan gayamu sendiri.
Djisuk.
Jeneponto, 29 April 2020









