Politisi Demokrasi, Berjuang Demi Kesejahteraan Rakyat.




"Bulan lalu harga cabe masih Rp20.000/kg, sekarang sudah Rp50.000/kg. Wow. Naiknya mantap 150%," ucap Harianto pengasuh warung Dapoer Pelita sesaat setelah ia pulang berbelanja kebutuhan dapur warungnya yang berada di Jl. Pelita Raya Makassar, Senin (29/07/2019).

Negeri Indonesia yang berasal dari dua kata yakni Indos dan Nesos ini, memang selalu saja menggemaskan untuk dibahas.

Alih-alih indonesia kaya raya akan alamnya, bahkan mencapai angka Rp200.000 T jika dirupiahkan itu baru asumsi terendah. Akan tetapi rakyat menjerit karena kekayaan itu tak dapat dinikmati secara adil di negerinya sendiri.

Tanah kita ini tanah surga, tongkat dilempar akan jadi hutan, apapun bisa tumbuh di negeri ini, lautannya luas segala macam biota laut ada di dalamnya. Wah. Slogan seperti ini merupakan slogan yang teramat menyedihkan. Termasuk seluruh kekayaan alam yang ada di dalamnya sungguh teramat memilukan oleh sebab dikelola oleh tangan-tangan jahat beserta sistemnya yang kampungan dan merugikan.

Kembali kepada cabe. Cabe itu hanya persoalan parsial. Maksudnya, kejahatan sistem ekonomi di negeri ini, itu sudah sampai menyasar ke seluruh lapisan potensi ekonomi bahkan pada hal-hal kecil seperti cabe tadi yang akan berdampak besar pada pedagang kecil, rakyat kecil, dan juga akan mengurangi selera makan para konsumen yang doyan pedas-pedasan oleh sebab cabe sudah sulit dijangkau.

Bagi Horang kaya mungkin tidak terlalu merasa berat dengan kenaikan cabe dan bumbu-bumbu dapur lainnya, karena jumlah pendapatannya jauh di atas rata-rata dari penduduk kelas menengah ke bawah.

Jamaknya, konglomerat yang tak peduli dengan isu kenaikan cabe dan bumbu-bumbu dapur lain serta maraknya kemiskinan dan kekacauan sistem yang terus menerus mendera rakyat, mereka biasanya termasuk kaki tangan dari sistem yang rusak dan merusk keharmonisan ekonomi, sosial dan politik di suatu negeri. Dan, Kapitalisme-Demokrasi adalah biang kerusakan sistemik di negeri ini.

Olehnya itu kenaikan harga barang-barang memang bukanlah polemik luar biasa bagi para konglomerat, melainkan menjadi angin segar untuknya, dan menjadi angin busuk serta mencekik leher rakyat kecil bila saja kita memahaminya.

Ah sudahlah. Esok lusa, mungkin akan keluar lagi statemen pedas para petinggi di negeri ini yang akan membuat rakyat kecil tercengang mengharu biru. "Cabe mahal? Tanam sendiri!". Wah. Statemen ini lebih pedas daripada cabe rawit.

Kita sudah seringkali mendapati solusi pahit dari para petinggi yang tahunya hanya mengencingi telinga rakyat dengan berbagaimacam akal bulusnya, berdalih, berkhotbah mandraguna yang katanya akan berjuang demi kesejahteraan rakyat. Tapi apa? Semua hanya omong kosong, jualan-jualan politik dari kolam demokrasi yang kufur seperti ini mestinya kita sudah sadari dan melawan kebatilannya.

Saya baru sadar setelah merenungi khotbah-khotbah penguasa. Bahwa maksud dari berjuang demi kesejahteraan rakyat, itu memang benar. Maksudnya, demi kesejahteraan rakyat kapitalis dan para kroco-kroconya. Itulah maksud dari perjuangan para elit politikus demokrasi yang masih hidup.

Akhirnya, mampuslah kau rakyat kecil dikoyak-koyak janji busuk penguasa yang menjijikkan, lalu menggembellah kalian di negerimu sendiri, berselimut sistem demokrasi yang biadab.

Lewat Kapitalisme-demokrasi, neo imperialisme itu kembali mengangkangi keadilan dan kesejahteraan negeri ini. Bila ingin bangkit, maka buanglah selimut demokrasi itu bila kita ingin keadilan merata. Lalu campakkan kapitalisme bila kita ingin sejahtera bersama-sama. Mari melawan bungkam dengan kembali kepada sistem yang diridai Allah SWT.(*)

_Djisuk

You Might Also Like

2 komentar